Minggu, 24 Maret 2019

TOKOH PR FAVORIT SAYA

TOKOH PR FAVORIT SAYA

Tokoh PR favorit saya ialah Najwa Shihab alasan saya menyukai dia menurut saya beliau presenter yang cerdas dan pintar dalam menanggapi suatu masalah tidak hanya dikenal sebagai presenter berita biasa, Putri Quraish Shihab ini juga tenar karena acara yang ia bawakan, Mata Najwa. Dalam acara tersebut, Nana mengulas berbagai isu yang berkembang di Indonesia dengan sudut pandang yang berbeda, tajam dan tak jarang memukul telak para bintang tamu yang hadir di acaranya, dan narasumber yang pernah diwawancarai nya juga gak main-main ada seperti bpk Jokowi, bpk Prabowo Subianto juga seingat saya bpk Antasari Azhar, mantan ketua komisi pemberantasan Korupsi/bekas terpidana kasus pembunuhan dll. Begitulah saya menyukai karakter Najwa Shihab dia pintar berbicara di depan umum maupun di tv saat siaran Langsung dia juga sudah terlatih dalam bidang Publik Ralation dalam berbicara dan ber argumen dengan petinggi Indonesia seperti DPR,pejabat tinggi hingga presiden yang pernah ia wawancarai, Dalam Biografi Najwa Shihab diketahui bahwa pada tahun 2006, ia mendapat predikat sebagai Jurnalis Terbaik Metro TV, dan kemudian berhasil masuk sebagai nominasi Pembaca Berita Terbaik Panasonic Awards. 
Pada tahun yang sama pula, bersama sejumlah wartawan dari banyak negara, Najwa Shihab terpilih menjadi salah seorang peserta Senior Journalist Seminar yang diadakan di sejumlah kota di AS, dan juga ia menjadi seorang pembicara di Konvensi Asian American Journalist Association. Penghargaanya sebagai seorang jurnalis profesioanl tidak hanya pada level nasional saja melainkan juga pada level interasional, yaitu ia berhasil masuk dalam nominasi Asian Television Awards dalam kategori Best Current Affairs/Talkshow presenter. Kemudian ditahun 2008 lalu, Najwa Shihab terus memperdalam ilmunya dengan mengambil konsentrasi Hukum Media di Melbourne Law School Australia dimana dia meraih Full Scholarship for Australian Leadership Awards. Meskipun lulusan Ilmu Hukum, Najwa Shihab lebih tertarik kepada dunia Jurnalistik

Sabtu, 23 Maret 2019

Pembukaan S2 Ilmu Komunikasi STISIPOL Candradimuka

Pembukaan S2 Ilmu Komunikasi STISIPOL Candradimuka Palembang
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik (STISIPOL) Candradimuka bakal membuka prodi terbaru program Pasca Sarjana (PPS) bidang ilmu komunikasi pertengahan tahun ini.
Persiapan yang telah dilakukan pun sudah mencapai 100 persen dengan hanya menunggu Surat Keputusan (SK) perijinan yang dikeluarkan oleh Kemenristekdikti. Ketua STISIPOL Candradimuka Palembang, Dr.Hj Lishapsari Prihatini,Sie dan saat ini serah terima SK S2 Ilmu Komunikasi STISIPOL Candradimuka palembang pada hari Kamis 14 Maret 2019 di hotel Novotel Bandar Lampung, menurut saya ketahui dari BPK Budi Santoso.M.Comn bahwa launching Pascasarjana S2 STISIPOL Candradimuka Palembang akan dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2019, ada juga yang mendaftar disini lulusan luar negeri, UI, UNSRI dll. Dan bagi alumni Stisipol Candradimuka bagi yang mau melanjutkan Pascasarjana S2 STISIPOL Candradimuka ada potongan selama 1 tahun
Pada konferensi pers dilaksanakan di aula mini Stisipol Candradimuka Palembang itu, menurut Dr.Hj Lishapsari Prihatiningtyas, M.Si mengatakan pihaknya begitu bersyukur terbitnya SK Magister Ilmu Komunikasi ini, Dikatakan, STISIPOL Candradimuka Palembang sebelumnya sudah memiliki program S2 Administrasi publik. Lalu sejak tahun 1973 an, saat STISIPOL berdiri secara bertahap telah memiliki empat program studi S1, program tersebut masing-masing prodi Ilmu Komunikasi, Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial, Prodi Ilmu Administrasi dan Prodi Ilmu Politik. dr.Hj Lishapsari Prihatiningtyas, M.Si didampingi ketua Prodi Budi Santoso,M.Comn, lebih jauh memaparkan bahwa dibukanya Magister Ilmu Komunikasi ini diharapkan mampu menjadi solusi bagi lulusan Ilmu Komunikasi dari S1 dan para pelaku profesional dan bekerja di bidang Komunikasi dan Jurnalistik.
Hadir dalam kesempatan itu sejumlah dosen Stisipol Candradimuka Palembang antara lain Drs.H. Fakhrurrozi Bey,MM, Drs.H Bangun P Lubis M.Si, Icuk M Syakir, M.Si dan sejumlah petinggi perguruan tinggi ini, ketua prodi Magister Ilmu Komunikasi STISIPOL Candradimuka Palembang, Budi Santoso.M.Comn, ketika ditanya wartawan dalam kesempatan itu, mengemukakan perlu dihayati bahwa era sekarang ini, sangat begitu penting memiliki skill di bidang ilmu Komunikasi, dengan begitu memberikan makna bagi kita, bahwa tidak dapat menghindar diri dari berkomunikasi apalagi dalam era distruptif, dikatakan bahwa mereka yang mendaftar bisa langsung datang ke gedung Stisipol Candradimuka Palembang di jl.SWADAYA Sekip ujung Palembang atau bisa hubungi Budi Santoso. Hp 081274730001 dan ibu Lady Havivi 081780480456
Menurut dari ibu Dr.Hj Lishapsari Prihatiningtyas, M.Si mengatakan bahwa perkuliahan dimulai September 2019 dengan jadwal Rabu dan Kamis pkl 08.00 sampai selesai dan pkl 16.30 sampai selesai untuk kelas reguler
Sedangkan kelas Non reguler pada hari Sabtu mulai pkl.08.00 sampai selesai. Tentunya dengan Fasilitas yang cukup dan ruang ber AC
Semoga Bermanfaat:)

                     



Personal Branding (Mem-PR kan diri Sendiri)

Personal Branding (Mem-PR kan Diri Sendiri)


Pernahkah anda menjadi orang terjelek didunia? Atau nasib selalu sial meratapi kekurangan dalam diri dan selalu iri melihat keberhasilan orang lain. Please deh jangan lebay, semua itu adalah hal wajar yang pernah di alamai setiap orang termasuk saya.
Tenang saja, itu bukan akhir dari segalanya kok. Justru itu akan menjadi pemicu semangat kebangkitan dan mengatakan pada dunia bahwa kita memiliki sesuatu yang patut dibanggakan. Caranya?… branding diri diri sendiri alias pencitraan diri sendiri.
Pencitraan diri bisa dilakukan dengan menciptakan pribadi yang berbeda dengan yang lainnya, tentunya dengan cara kita masing-masing. Seperti yang dilakukan Agus yang dulu ”kenyang” untuk urusan dijauhi teman sekolahnya. Hingga ia memilih olahraga untuk melampiaskan kekecewaan cowok yang biasa saja ini menyukai olahraga. Badminton, sepakbola, basket menjadi  kegiatan kesehariannya selain sekolah. “Di sekolah aku nggak punya teman dan dijauhi anak-anak yang lainnya. Mereka takut bermain denganku,” kenang pemilik nama Agus Triyansa ini


Itu dulu ketika Agus masih maduduk di bangku SD. Kini siapa sangka aku justru sejajar dengan pemain idolaku dulu seperti Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo setelah aku meraih predikat menjadi pemain terbaik saat membela sekolah saya waktu SD. Nggak hanya itu, sosok orang yang biasa-biasa saja yang sederhana ini bisa membanggakan kedua orangtuanya saya pada waktu itu dan saya sekarang banyak lebih ke fokus ke bidang olahraga dan Majelis Rasulullah SAW
Saya emang nggak menyangka aktivitas yang dilakukan membuahkan prestasi dan  kesuksesan yang juga diidam-idamkan sebagian besar remaja. “Aku yakin bisa menjadi sesuatu, berkontribusi dan  berprestasi dengan melakukan banyak aktivitas. Yang penting aku senang dan nggak memikirkan target muluk-muluk,” ujar mahasiswa semester 2 Ilmu Komunikasi STISIPOL Candradimuka Palembang Menurutnya, apa yang diraihnya diawali dengan membangun kepercayaan diri menjadi pribadi yang berbeda dari yang lain ketika bersosialisasi dan  melakukan kegiatan positif dengan. Di sinilah awal saya mem-branding diri saya sendiri dengan membangun citra positif hingga mendapat apresiasi sekitarnya.  “Aku percaya diri karena dukungan banyak teman. Terlalu memaksakan diri justru nggak berhasil dan nggak dapat apa-apa.”
Bagaimana menciptakannya pribadi yang unik? Orang akan melihat apa yang kita lakukan. Bukan sekadar yang kita bicarakan. Karena itulah pentingnya menonjolkan sesuatu yang dimiliki dari kemampuan saya. “Yang penting bagaimana caranya saat menciptakan brand tapi nggak terkesan sombong dan narsis.
Pencitraan diri adalah aset berharga yang nantinya dibutuhkan untuk masa depan. Tidak hanya dalam pergaulan tapi juga urusan pekerjaan. “Itu penting banget karena bisa digunakan untuk menambah jaringan. Ya,  untuk ‘jual diri’. Makanya dari sekarang harus banyak bersosialisasi agar orang tahu brand kita,” Menjadi sesuatu itu butuh proses. Melatih dan menggali potensi itu penting banget karena kita akan membutuhkan di masa depan.

satu hal yang penting bahwa apresisai seseorang itu tidak muncul dari penampilan fisik. “Tapi bagaimana bisa menarik perhatian orang karena unik dan apa adanya. Itu udah ada dari lahir dan itu yang harus kita gali dan olah.
Yup, modal untuk menciptakan citra yang baik harus diawali dengan perilaku yang baik. Nggak perlu dibuat-buat atau memaksakan diri. Nah, dengan membangun personal branding itulah, seseorang akan lebih cepat mendapat kepercayaan.

Jumat, 22 Maret 2019

Table Manner di Hotel Harper Palembang

Table Manner di Hotel Palembang
Ini pertama kalinya saya merasakan masuk hotel Harper Palembang hotel ini terbilang masih baru dan untuk pertama kalinya saya belajar table Manner dihotel ini bersama pembicara yg handal mengajarkan tata cara makan&minum yg baik dan benar, menu makanan nya sangat luar biasa enak tidak bakal mengecewakan lidah anda, saya sdh mncobanya sendiri. Menurut saya hotel ini sangat modern dan juga nyaman pas sekali bila wisatawan atau masyarakat yg berkunjungan jauh dan masih bingung mau mencari penginapan dimana, dan hotel @harperpalembang inilah yg cocok untuk anda menginap karena diseluruh ruangan itu menurut saya sangat nyaman, ada satu lagi yg terpenting yg harus anda ketahui,,, letaknya pas sekali di pusat kota Palembang, kalau mau ke ke mall atau bandara itu menurut saya jaraknya dekat kurang lebih kurang 30 mnit sampai bandara
.Selain itu ada juga bagi yg hobi hunting disana sudah tersedia tmpt yg luar biasa bagusnya anda silakan coba sndiri biar gak penasaran, pemandangan nya juga luar biasa indah sekali kalau melihat dari atas kamar hotel, anda bisa mencobanya sendiri menginap di hotel mewah dan megah ini pasti kalau sudah merasakan menginap di hotel Harper Palembang ini anda tidak bakal kecewa pelayanan nya juga bagus, dan menunya makanan nya juga luar biasa enak dan saya juga sudah merasakan sendiri menunya beragam ada Welcome 1. (Bread):Soft roll & Butter,2.(Appetizer): Pink Fruit salad, 3.(Soup):Cream Chicken Soup with garlich Bread Crouton, 4.(Main Course): Beef Katsu served with baked Potatoes, Buttered Vegetables&Mushroom Sauce, 5. (Dessert): Tiramisu served with Strawberry Ice Cream dll.


       Harper Palembang adalah hotel bergaya ruatik dengan pesona modern yang nyaman, terletak di pusat kota Palembang. Dipersiapkan sebagai menjadi tempat menginap bagi wisatawan yang hendak berbisnis maupun berekreasi, 
Hotel ini mempunyai 163 kamar yang nyaman dibagi menjadi 4 jenis: Deluxe, Deluxe Premier, Junior Suite, dan Executive Suite; semua dilengkapi dengan fasilitas terbaik. Berbagai fasilitas seperti restoran menawan yang menyajikan berbagai hidangan lokal dan mancanegara serta kolam renang yang menyegarkan tersedia sehingga para tamu dapat menikmati waktu mereka saat menginap di Harper Palembang. Dipersiapkan sebagai hotel MICE terkemuka di area Palembang, Harper Palembang dilengkapi dengan 5 ruang pertemuan dan 1 ballroom luas dengan kapasitas hingga 1200 orang. Semua ruang pertemuan dilengkapi dengan fasilitas lengkap dan cocok untuk keperluan bisnis maupun perayaan. Selain itu, ruang parkir yang luas dan WiFi berkecepatan tinggi tersedia secara gratis di seluruh area hotel untuk memastikan semua acara berjalan dengan lancar.

Review Buku PR

Review Buku PR


Dalam buku Public Relaions terdapat tiga bagian yaitu pada bagian pertama berfokus pada Dasar-Dasar Public Relations sedangkan pada bagian kedua membahas mengenaiPenulisan untuk Public Relations serta bagian ketiga membahas Produksi Media Public Relations. Di review ini akan membahas pada bagian satu Bab 1 yang memiliki  beberapa poin yang dibahas. Di bab satu ini masih membahas bagian luar dari public relations seperti definisi, tujuan, fungsi, ruang linkup, media PR, danPublic Relations Profesional.
            Poin A pada buku ini membahas mengenai “Apa Itu Public Relations?”. Namun, Sebelum masuk pada pembahasan definisipublic relations, Bapak Kriyantono (2016:3) membahas terlebih dahulu perbedaan antara istilah public relations dan Hubungan Msyarakat atau biasa disingkat sebagai Humas. Perbedaan tersebut terlihat pada padanan kata yang digunakan. Public Relations sendiri adalah istilah dalam bahasa inggris sedangkan Hubungan Maysarakat sebagai padanan katanya, Bapak Kriyantono (2016:3) mengatakan bahwa padanan kata tersebut tidaklah tepat karena seharusnya Public Relations sendiri apabila diartikan ke dalam bahasa Indonesia akan berarti “Hubungan Publik” bukan Hubungan Masyarakat karena masyarakat terlalu luas sedangkan publik hanyalah bagian dari masyarakat tersebut. 
            Sedangkan menurut Ardianto (2013:2) secara etomologis, istilah public yang diterjemahkan menjadi masyarakat, kurang tepat karena yang tepat padanan katanya, yaitu publik atau khalayak. Sedangkan masyarakat yang diterjmahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi society atau general public, pengertiannya lebih luas dari public itu sendiri Sementara, dalam setiap kegiatan PR yang menjadi target publiknya bukan society atau general public, melainkan public, di mana public adalah bagian dari society atau general public.
            Namun, dikarenakan istilah Humas sudah banyak digunakan oleh masyarakat maka hingga saat ini penggunaan istilah tersebut tetapdipakai.
            Beberapa Definisi dari berbagai ahli pun dijelaskan pada buku ini. Seperti dari John E. Marston:
“Public Relations is lanned, persuasive, communication designed to influence significant public”
Yang telah diterjemahkan oleh buku ini:
“Public Relations adalah kegiatan komunikasipersuasif dan terencana yang didesain untuk memengaruhi publik yang signifikan”
Selain dari John E. Marston, buku ini juga mencantumkan definisi-definisi Public Relations dari Frank Jefkins, Tony Grener, The First World Forum of Public Relations, Cutlip, Center & Broom, serta Grunig & Hunt.
             
            Kemudian pada poin B di buku ini menjelaskan tujuan atau goals dari public relations. Terdapat lima tujuan dari public relations menurut buku ini yaitu: (1) Menciptakan pemahaman (mutual understanding) antara perusahaan dan publiknya, (2) Membangun citra Koorporat (coorporat image), (3) Citra korporat melalui program CSR (Corporate Social Responbility), (4) Membentuk opini publik yang favoruable, serta (5) Membentuk Goodwill dan kerja sama. (Kriyantono, 2016, hal. 7-20).
            Dicantumkannya tujuan dari public relations tersebut dapat dkatakan bahwa tujuan Public relations tidaklah main-main dan tidak dapat diremehkan karena membutuhkan usaha keras dalam mencapai tujuan tersebut.
            Kemudian pada poin C disebutkan beberapa fungsi Public Relations berdasarkan penelitian dari penulis maupun beberapa ahli. Menurut penelitian penulis yaitu Kriyantono (2016:21), secara garis besar public relations memiliki fungsi antara lain: (a) Memelihara komunikasi yang harmonis antara perusahaan dengan publiknya (Maintain good communication), (b) Melayani kepentingan publik degnan baik (Serve public’s interest), dan (3) Memelihara perilaku dan moralitas perusahaan dengan baik (maintain good morals & manners).
            Selain dari penulis sendiri, terdapat juga pendapat menurut ahli yaitu Cutlip & Center dan dari Foundation for Public Relations Research education yang mengumpulkan 65 praktisi public relations pada tahun 1975 guna membahas fungsi dari public relations ini.
            Pada poin D terdapat penjelasan mengenai ruang lingkup pekerjaan public relations. Penulis, Kriyantono (2016:23-25), menyingkatnya menjadi PENCILS yaitu yang memiliki kepanjangan antara lain: (1)Publication & Publicity, (2) Events, (3) News, (4)Communiy, (5) Identity-Media, (6) Lobbying, (7)Social Investment. Selain itu juga terdapat gambaran-gambaran lain yang ebih jelas mengenai gambaran ruang lingkup pekerjaan public relations tersebut.
            Cutlip, Center, & Broom (dalam Kriyantono, 2016, hal. 26-28), pun membuat kategori berisi ringkasan menganai ruang lingkup pekerjaan dari public relations ini, yaitu antara lain:
1.      Menulis dan Mengedit
2.      Hubungan media dan Penempatan Media
3.      Riset
4.      Manajemen dan Administrasi
5.      Konseling
6.      Acara Special
7.      Pidato
8.      Produksi
9.      Training
10.  Kontak
Dalam poin ini Bapak Kriyantono memberikan singkatan dari ruang lingkup public relations sehingga dapat mempermudah pemaca untuk mengingat dan memahaminya. Gambaran-gambaran lain yang disediakan pun dapat mempermudah pemahaman mengenai ruang lingkup pekerjaan public relations.
Kemudian beralih pada poin E yang membahas mengenau Public Relations Tools atau Media Public Relations. Menjelaskan mengenai alat-alat atau beberapa media yang digunakan untuk mendukung kegiatan public relations agar lebih mudah dan lebih rapi dalams pelaksanaannya. Terdapat sekitar sebelas media yang dapat digunakan untuk media public relations.
Untuk dapat melakukan pekerjaannya seorang public relations mempunyai alat-alat kegiatan (PR Tools). Alat-alat kegiatan ini bisa disebut sebagai media public relations. (Kriyantono, 2016, hal. 28-32), antara lain:
1.      Publisitas dan Media Relations
2.      Special Events
3.      Corporate advertising
4.      Newsletters
5.      Speaker bureau
6.      Lobbying
7.      Charitable Contributions
8.      Thank You Notes and Letters
9.      Audio-Visual Instrument
10.  Sponsorships
11.  Letters of Denials
Kemudian berlanjut pada poin terakhir di Bab ini atau Poin F. Dalam poin ini penulis membahas mengenaiPublic Relations Profesionals. Menurut buku ini, Kriyantono (2016:34),  public relations adalah profesi yang menuntut integrasi antara pengetahuan (expertise), keahlia (skill), dan etika profesi (ethics). Public Relations juga dituntut untuk mempunyai 3B (beauty, brain, & behavio

Seminar KPU-RRI

SEMINAR KPU-RRI


Tema: Suara Milenial, menentukan masa depan Indonesia lima tahun ke depan
Seminar ini dilaksanakan
Di Aula Ismail Djalili di kampus STISIPOL Candradimuka Palembang, pada seminar ini dihadiri semua Mahasiswa/Mahasiswi STISIPOL Candradimuka, semua jurusan turut ikut berpatisipasi yaitu Jurusan Ilmu Komunikasi, Ilmu Admnistrasi Negara, Ilmu Kesejahteraan Sosial, dan Ilmu Politik

Menurut dari BPK.Carlos,S.T.MT. dalam materinya menuturkan bahwa STISIPOL Candradimuka menyelenggarakan pendidikan vokasional yang dimana tidak hanya kemampuan hardskill tetapi juga softskill. STISIPOL Candradimuka telah membentuk mahasiswa yang berkualitas. Sehingga dapat membuat pemilu yang berkualitas dan siap dalam mensukseskan pesta demokrasi di Indonesia pada 17 April 2019 mendatang. STISIPOL Candradimuka Palembang ada juga mahasiswa yang dari luar Sumatera Selatan bahkan ada yang dari luar Jawa sehingga kita perlu menemukan solusi dari KPU agar mereka bisa menggunakan hak pilih mereka untuk pemilu mendatang

Terus lanjut dari BPK Amrah Muslimin, S.E., M.Si., menjelaskan bahwa peran mahasiswa sangat penting. Mahasiswa sangat bisa mempengaruhi pemilih Milenial. Untuk bisa merangkul rakyat agar mereka tidak golput dalam pemilu April 2019, dalam seminar ini membahas pentingnya suara Milenial dalam pemilihan pada April nanti karena generasi muda adalah generasi penentu masa depan indonesia
Agar itu kami generasi Milenial ingin mengajak rakyat agar tidak golput dalam pemilihan nanti, karena menurut saya satu suara itu sangat penting daripada golput dan juga kami generasi Milenial mengajak tidak terpengaruh dari oknum yang tidak bertanggung jawab "Maaf" seperti memberi Uang kepada rakyat dengan catatan mereka harus memilih Paslon itu, kita harus bertindak tegas bila ada Paslon siapapun yang melakukan seperti itu dan langsung saja melapor ke KPU agar tidak ada kecurangan lagi dalam pemilihan nanti yang kita butuhkan adalah pemimpin yang bersih dan bertanggung jawab kepada masyarakat itu yang sangat terpenting dan semoga saja dalam semarak pemilu mendatang masyarakat menyambutnya dengan hati yang gembira karena itu saat-saat krusial untuk memilih pemimpin dalam 5 tahun kedepan dan juga pemilu yang akan datang 17 April 2019 semoga berjalan dengan lancar dan damai dan tidak ada hambatan dalam sekecil apapun

Ada juga cara untuk memilih Paslon yang baik dan benar.
✓1.Suara dicoblos dikolom nomor urut, tanda gambar, dan nama partai politik, maka suara dihitung untuk parpol
✓2.Surat suara dicoblos di kolom nomor urut dan nama calon, maka suara dihitung untuk calon
✓3.Surat suara dicoblos di kolom parpol dan dikolom nomor urut dan nama calon, maka suara dihitung untuk calon.

✓4.Surat suara dicoblos dikolom parpol dan ada tanda coblos lain di lebih dari satu calon dari partai yang sama, maka suara dihitung untuk parpol

✓ 5. Surat suara dicoblos lebih dari satu buah di kolom parpol tanpa satu pun coblosan di nomor urut atau nama calon, maka suara dihitung untuk parpol; 

✓6. Surat suara dicoblos di surat suara di kotak berwarna abu-abu yang terletak di bawah nama calon terakhir, maka suara dihitung untuk parpol; 

✓7. Surat suara dicoblos tepat di garis kolom parpol tanpa mencoblos salah satu calon, maka suara dihitung untuk parpol; 

✓8. Surat suara dicoblos tepat di garis satu kolom nomor urut dan nama calon, maka suara dihitung untuk calon; 

✓9. Surat suara dicoblos tepat di garis yang memisahkan antara nomor urut dan nama dua calon di dalam satu partai, maka suara dihitung untuk parpol; 

✓10. Surat suara dicoblos di satu kolom kosong karena calon meninggal atau dicoret karena tidak lagi memenuhi syarat, maka suara dihitung untuk parpol.

✓ 11. Surat suara dicoblos di satu kolom kosong karena calon meninggal atau dicoret, tetapi ada tanda coblos juga di nomor urut dan nama calon yang memenuhi syarat yang keduanya ada di satu partai, maka suara dihitung untuk calon yang memenuhi syarat;

✓ 12. Surat suara dicoblos lebih dari satu kali di kolom nomor urut dan nama calon, maka suara dihitung untuk calon; 

✓13. Surat suara dicoblos di satu kolom calon dan di kolom abu-abu, maka suara dihitung untuk calon 


Itu saja yang bisa saya sampaikan, semoga bermanfaat bagi kalian,🙏(Palembang, 23 Maret 2019)                         
                  

Seminar Broadcasting Radio Elshinta

Seminar Broadcasting Radio ElShinta

Pada tanggal 12 Februari 2019 Stisipol Candradimuka Palembang mengadakan seminar Broadcasting radio Elshinta di aula Ismail djalili Stisipol Candradimuka Palembang, hari selasa 12 Februari 2019 pukul 09.00 WIB s/d selesai dan mahasiswa/mahasiswi Stisipol Candradimuka sangat antusias dengan kedatangan radio ElShinta 96.7 FM biasanya saya mendengar radio cuma dari suaranya saja, dan untuk pertama kalinya saya melihat langsung di kampus saya Stisipol Candradimuka mendengar pembicara radio secara langsung, terutama dari pembicara yang sangat handal dan pintar dan saya banyak belajar dari mereka yang sudah berpengalaman. Seminar Broadcasting radio Elshinta 96.7 FM bersama Anggun Prisma (Anchor ElShinta Palembang) dan Haris Ansor (Pemenang pembaca berita radio KPID Sumsel Award 2018) serta Telkshow interaktif bersama GenPi sumsel dengan Sumarni Bayu Anita.S.Sos, M.A (Ketua umum GenPi Sumsel) sukses dilaksanakan di Aula Ismail Djalili STISIPOL Candradimuka Palembang hari Selasa 12 Februari 2019

Ada juga penampilan dari lawak komunitas Wong gerot, Pelaksanaan lomba Presenter radio di studio TV Candradimuka, serta pengumuman lomba presenter radio dan Lomba Vlog. Dan semua kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka HUT Radio ElShinta yang ke-19 yang bekerja sama dengan Ilmu Komunikasi STISIPOL Candradimuka, GenPi sumsel  dan HIMAKOM STISIPOL Candradimuka Palembang. Dan harapan saya semoga kedepan nya STISIPOL Candradimuka Palembang lebih maju lagi dan terus bisa mengadakan acara yang seperti ini, agar bisa kampus ini selalu menjadi pilihan yang terbaik dibandingkan sama kampus yang lain

Produksi Media Cetak& Kit

Produksi Media Cetak& Kit
Pembicaraan tentang media cetak berarti membicarakan pers. Sebab terminologi pers terdiri dari: Pertama, pers dalam arti luas adalah seluruh alat komunikasi massa baik cetak maupun elektronik. Kedua, pers dalam arti sempit secara spesifik tertuju pada media cetak berbentuk surat kabar dan majalah. Dalam berbagai literatur surat kabar digunakan sebagai sebutan untuk media cetak yang content-nya mengutamakan hasil jurnalisme berbentuk berita (news). Sementara sebutan untuk pers digunakan untuk seluruh media massa tercetak yang terbit secara reguler baik yang mengutamakan jurnalisme maupun hiburan.
Ada tiga pendekatan yang biasa dilakukan dalam kajian tentang pers. Pertama, pendekatan etika atas eksistensi institusi pers dan prilaku pelaku profesional pers (jurnalis). Kedua, pendekatan ilmu sosial atas eksistensi institusi pers. Ketiga, pendekatan praktis atas kerja teknis pelaku profesional pers dalam institusi pers.
Titik tolak kajian tulisan ini melihat fenomena pers sebagai institusi sosial yang menjadi bagian dari komunikasi massa. Bukan semata-mata berdasarkan pendekatan praktis dan kerja teknis dalam konteks jurnalisme.
Diktat kuliah: Produksi Media Cetak ini ditulis bukan dimaksudkan jadi bacaan instant mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini. Tetapi hanya sekedar pembuka diskusi di ruang kuliah. Sebab sebagai diktat ia hanya memuat pokok-pokok pikiran penulisnya. Hal-hal yang lebih detil dapat dilihat pada literatur yang diacu atau bahan-bahan lain yang berkaitan dengan mata kuliah ini.
Menuangkan setumpuk gagasan yang ada di kepala menjadi sebentuk tulisan yang belum tentu dimengerti oleh orang lain bukanlah pekerjaan mudah. Apalagi bila ditulis di sela-sela waktu luang di tengah kesibukan mengajar di beberapa perguruan tinggi dalam rangka bertahan hidup. Maklum, kehidupan intelektual di negeri ini belum senyaman birokrat apalagi legislator di parlemen. Dengan demikian, bukan basa-basi kalau tulisan ini mengandung banyak kelemahan. Bahkan mungkin tidak layak disebut sebagai tulisan ilmiah. Untuk itu semua, izinkanlah saya untuk tidak minta maaf. Sebab lebih adil bila Anda menulis tulisan dengan tema yang sama sebagai komparasinya dalam rangka dialektika ilmiah. Sekian.
Jakarta, April 2009
Penulis,

Teguh Kresno Utomo, S.IP
I. Introduksi
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa media cetak termasuk pers dalam pengertian sempit. Artinya, media cetak adalah bagian dari media komunikasi massa. Untuk itu perlu dikaji dulu definisi komunikasi massa (mass communication) untuk membedakannya dengan jenis komunikasi lainnya seperti komunikasi intrapersonal (intrapersonal communication) atau komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Secara singkat komunikasi massa dimaknai sebagai berikut: “mass communication is a process in which professional communicator use media to disseminate messages widely, rapidly, and continually to arouse intended meanings in large and diverse audiences in attempts to influence them in a variety of ways” (DeFleur, 1985).
Rumusannya menggunakan formula baku yang dikembangkan oleh sosiolog AS Harold D. Lasswell yang mengatakan “communication is who says what in what channel to whom with what effect”. Ini sangat populer di kalangan para pengkaji ilmu komunikasi yaitu proses yang mencakup komunikator, pesan, media, komunikan dan pengaruhnya.
Selanjutnya mengutip Charles R Wright dalam karyanya Mass Communication: A Sociological Perspective yang mengatakan “mass communication is one way in which social communication has become institutionalized and organized. Our society expects, for example, that certain news will be routinely handled through mass communication so as to reach large number of people, from all ways of life, quickly and publicly. Social communication can be institutionalized in other ways, for example, a society may expect that personal news about family matters will be transmitted privately and kept within the family circle”.
Pers dilihat sebagai fenomena sosial dengan karakteristiknya yang khas sebagai institusi sosial. Dengan demikian peta kajiannya dapat diuraikan sebagai berikut: sistem sosial, institusi sosial, institusi media massa, institusi pers dan jurnalisme. Institusi pers menjalankan fungsinya dengan menyampaikan informasi. Nilai informasi ini dapat dilihat dalam kaitannya dengan eksistensinya dalam sistem sosial. Untuk itu institusi pers dapat menjalankan fungsi politik, ekonomi atau sosio-kultural.
Tulisan ini hanya membahas tiga pokok bahasan: Pertama, memaparkan media cetak dalam perspektif historis. Kedua, Mendiskusikan perbedaan media cetak sebagi institusi sosial dengan media cetak sebagai jurnalisme. Di sini dibicarakan konsep dasar berita; teknik mencari berita; perbedaan fakta dengan opini; aliran jurnalisme. Ketiga, memperkenalkan institusi dan manajemen media cetak yang meliputi manajemen media cetak; zona pasar media cetak; format media cetak; struktur organisasi media cetak; proses media cetak.
II. Media Cetak dalam Perspektif Historis
Dari berbagai literatur yang menitikberatkan pada content media cetak disebutkan bahwa cikal-bakal media cetak bermula pada acta duirna yaitu semacam lembaran yang ditempel pada zaman Romawi kuno. Lembaran ini memuat hal-hal yang dibicarakan dalam senat yang akan disampaikan pada warga kota. Tetapi literatur lainnya yang memusatkan perhatian pada teknologi yang dipakai menyebutkan bahwa media ini sudah ada di China kuno sebelum kertas dan alat cetak dikenal bangsa Eropa.
Identifikasi media cetak sekarang lebih banyak dilakukan atas karakter kultural dan isinya dalam masyarakat. Karenanya pembicaraan selalu dimulai dari acta duirna (Romawi kuno), gazeta (Venesia) dan corantos (Inggris) sejenis lembaran tercetak abad XVII yang berisi informasi tentang negara asing. Baik acta duirna maupun corantos berisi informasi politik. Sementara gazeta berisi informasi ekonomi.
Sejarah media massa modern dimulai dari media cetak. Kenyataannya, suratlah yang merupakan bentuk awal dari surat kabar. Bukan lembaran yang berbentuk buku. Surat kabar abad XVII tidak lahir dari satu sumber. Tetapi gabungan kerja sama antara pihak percetakan dengan pihak penerbit. Ragam surat kabar resmi yang diterbitkan oleh raja atau penguasa memiliki ciri-ciri khas yang sama dengan surat kabar komersial tetapi lebih berfungsi sebagai terompet penguasa dan alat pemerintah. Pengaruh surat kabar komersial menjadi tonggak penting dalam sejarah komunikasi karena menyebabkan beralihnya pola pelayanan ke pembaca anonym. Bukan hanya semata-mata jadi alat propagandis pemerintah dan penguasa.
Sejak awal perkembangannya surat kabar sudah menjadi lawan nyata atau musuh penguasa yang terlanjur mapan. Dalam konteks Indonesia, tekanan terhadap pers dimulai sejak usaha pertama mendirikan surat kabar di Batavia (Jakarta) yang dilarang oleh pihak VOC (Vereenigde Oost-Indische Campagnie) dengan alasan takut Inggris, Perancis, Spanyol dan Portugis sebagai saingan dagangnya akan memperoleh keuntungan dari berita dagang yang dimuat dalam surat kabar tersebut (Smith, 1986).
Tetapi dalam konteks modern institusionalisasi media cetak dalam sistem pasar berfungsi sebagai alat pengendali. Sehingga surat kabar modern sebagai badan usaha besar justru menjadi lemah dalam menghadapi banyak tekanan dan campur tangan daripada surat kabar tempo dulu yang masih sederhana.
Ada perbedaan yang mendasar antara penetrasi pasar pers komersial yang kian meningkat via iklan dan hiburan dengan publik pembaca surat kabar yang membaca karena alasan politis. Ada surat kabar yang menyajikan dan memberikan pandangan politik dan surat kabar yang didirikan oleh partai politik dan dimanfaatkan demi kepentingan partai politik tersebut (McQuail, 1991).
Sementara sejarah media cetak dimulai berbentuk buku yakni penggandaan bibel yang dulunya ditulis tangan oleh para scribist yaitu pendeta sekaligus juru tulis. Seiring waktu dan ditemukannya mesin cetak dari mesin pemeras anggur oleh Johannes Gutenberg (Jerman) tahun 1446 dengan teknik movable metal type (huruf logam yang berpindah). Selanjutnya tahun 1690 Ben Harris menerbitkan Public Occurences surat kabar pertama kali di koloni Inggris. Tahun 1741 Andrew Bond Jord menerbitkan American Magazine yang disusul oleh Benyamin Franklin yang menerbitkan General Magazine di koloni Inggris.
Sementara perkembangan buku dimulai dengan percetakan dan penggandaan bibel menjadi lebih cepat dan massal oleh Johannes Gutenberg tahun 1455 yang kini masih tersimpan dengan nama Gutenberg Bible masterpiece. Tahun 1638 berdiri Cambridge Press sebagai pecetakan buku pertama di AS. Kemudian tahun 1836 William Holmes dan Mc Guffey memanfaatkan penggandaan buku sebagai text book untuk memberantas buta huruf sekitar 122 juta jiwa di AS. Koleksi buku yang terkenal di Library of Congress berasal dari koleksi buku penulis deklarasi kemerdekaan AS Thomas Jefferson. John Harvard dari Cambridge, Massachusetts menyumbangkan 300 koleksi bukunya yang saat itu termasuk jumlah yang sangat besar kepada Newtowne College yang kemudian berubah nama menjadi Harvard University tahun 1638 sebagai penghormatan atas jasa John Harvard (Vivian, 2008).
Kemunculan buku, surat kabar dan majalah dapat dipahami melalui latar belakang masyarakat yang melahirkannya. Ribuan tahun sebelum dikenal alat cetak masyarakat China kuno sudah mengenal lembaran tertulis yang berisi informasi dari kerajaan. Begitu pula acta duirna di zaman Romawi kuno yang disusul lembaran informasi yang diterbitkan pemerintah Venesia yang dijual seharga satu gazette (mata uang Venesia waktu itu).
Secara spesifik buku tidak digolongkan sebagai institusi pers dan jurnalisme karena lebih tertuju pada dunia ide bukan informasi semata. Meskipun tidak dipungkiri banyak buku yang diterbitkan yang berasal dari informasi berisi reportase pers. Tetapi sebagai produk, buku bukanlah media pers.
Institusi pers dapat dilihat dari aspek politik, ekonomi, profesionalisme dan filosofis yang ditempatkan dalam dua bidang. Pertama, secara eksternal institusi pers dilihat dalam kaitannya dengan institusi lain dalam kehidupan masyarakat. Kedua, secara internal dilihat dari motif dan profesionalisme institusi medianya (Siregar, 1992).
III. Media Cetak sebagai Institusi Sosial dan Jurnalisme
Pers atau press (Inggris) dalam Bahasa Indonesia yang kita kenal selama ini berasal dari Bahasa Belanda. Ini berarti menyiarkan berita dari barang cetakan. Sebagai mana yang telah diulas panjang lebar sebelumnya, secara singkat pembicaraan tentang pers mencakup dua pengertian. Pertama, pers sebagai institusi sosial yang berfungsi sebagai watch dog of the press bagi institusi lainnya seperti legislatif, eksekutif dan yudikatif. Di sinilah manifestasi pers sebagai the fourth estate dalam sistem sosial. Masalahnya, pers tidak bisa disebut sebagai institusi sosial apabila produk jurnalistik yang dihasilkannya tidak bermakna secara sosial. Dari sinilah dimulai pembahasan berikutnya pers dalam konteks jurnalisme. Kedua, pers sebagai jurnalisme berarti kinerja pelaku profesi pers dalam rangka memilih dan memilah realitas sosial yang akan diolah menjadi informasi yang akan dimuat sebagai berita (news) baik dalam surat kabar maupun majalah.
Dalam konteks jurnalisme ini pulalah realitas sosial yang diubah menjadi realitas media cetak dalam dua bentuk. Pertama, realitas sosiologis berarti informasi yang berasal dari pelaku obyektif yang terjadi dalam interaksi sosial dan yang terpenting bermanfaat bagi publik. Misalnya, informasi tentang kenaikan BBM, TDL dll. Kedua, realitas psikologis berarti informasi yang berasal dunia subyektif dalam alam pikiran manusia. Dengan demikian, jika realitas sosiologis berbicara tentang tindakan maka realitas psikologis lebih berbicara tentang apa yang dipikirkan tentang tindakan itu dan yang terpenting hanya bermain dalam dunia subyektif pengisi waktu luang. Misalnya, informasi kawin-cerai artis x dan sejenisnya produk infotainment di layar kaca.
A. Konsep Dasar Berita
Berita atau NEWS (Inggris) seringkali ditafsirkan sebagai singkatan dari: North; East; West; South yang bermakna setiap realitas sosial dari empat penjuru arah mata angin berpotensi jadi berita. Tetapi tidak semua realitas sosial itu lantas serta-merta bisa dijadikan berita. Di sinilah diskursus tentang nilai berita (news worthy) dimulai. Ada anekdot yang mengatakan: “jika ada orang digigit anjing itu bukan berita, tetapi jika ada orang menggigit anjing itu baru berita”. Terdapat unsur kejutan di sini.
Secara spesifik ada beberapa unsur berita diantaranya: aktualitas (timeliness); penting (significance); terkenal (prominence); besar (magnitude); dekat (proximity); manusiawi (human interest). Ada pula yang menambahkannya sebagai berikut: kebaruan (newness); informatif (informative); luar biasa (unusualness); ekslusif (exclusive); berdampak (impact); pertentangan (conflict); tokoh publik (public figure/news maker); seks (sex) dll.
Pada proses pemberitaan terdapat pembingkaian (framing) yang memuat maksud (aim) dan tujuan (intention) berita dengan mempertimbangkan kebijakan redaksi (editorial policy) dan kerja keredaksian (news room management) (Siregar, 2003).
Secara garis besar berita terbagi tiga: Pertama, berita langsung (straight/hard news): laporan langsung suatu peristiwa. Kedua, berita ringan (soft news): laporan yang berupa kelanjutan atau susulan dari peristiwa yang pertama. Ketiga, berita kisah (feature): produk jurnalistik yang melukiskan suatu pernyataan yang lebih terperinci. Sehingga apa yang dilaporkan terasa lebih hidup dan tergambar dalam imajinasi pembaca.
Di samping itu ada beberapa derivasi jenis berita di atas sebagai berikut: Pertama, berita menyeluruh (comprehensive news): laporan suatu peristiwa yang bersifat menyeluruh yang ditinjau dari berbagai aspek. Kedua, berita mendalam (depth news): laporan suatu peristiwa yang memerlukan penggalian informasi yang aktual, mendalam, tajam, lengkap dan utuh (depth reporting). Bukan opini jurnalis yang bersangkutan. Ketiga, berita penyelidikan (investigative news): laporan peristiwa yang terpusat pada sejumlah masalah yang kontraversial. Biasanya dengan penyelidikan ala detektif yang tersembunyi untuk memperoleh fakta. Keempat, berita interpretatif (interpretative report): laporan suatu peristiwa yang berfokus pada isu atau masalah kontraversial yang memerlukan penafsiran. Kelima, tajuk rencana (editorial writing): laporan suatu peristiwa dengan menyajikan fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita penting dan mempengaruhi opini publik. Biasanya ditulis oleh pemimpin redaksi atau jurnalis senior institusi pers yang mewakili institusinya. Bukan mewakili pribadi jurnalis yang bersangkutan.
B. Teknik Mencari Berita
Pertama, secara umum: (1). Observasi adalah pengamatan realitas oleh jurnalis baik secara langsung (participant observation) maupun tidak langsung (non participant observation); (2). Wawancara (interview) adalah tanya jawab baik lisan maupun tulisan dengan nara sumber yang terdiri dari pengumpulan pendapat umum (man in the street interview), wawancara mendadak (casual interview), wawancara tokoh (personal interview), wawancara nara sumber yang terkait dengan berita (newspeg interview), wawancara telepon (telephone interview), wawancara tertulis (question interview) dan wawancara kelompok (group interview); (3). Cover up adalah sejenis wawancara juga untuk menyusun suatu laporan yang dilengkapi dengan pengaruhnya terhadap masyarakat; (4). Press release adalah siaran pers yang dikeluarkan oleh nara sumber yang biasanya berbentuk institusi kepada jurnalis. Tetapi tidak ada tanya jawab bila informasi itu dirasa kurang lengkap. Inilah yang membedakannya dengan konferensi pers (press conference). Kedua, kontak resmi pers (formal press contact): (1). Konferensi pers (press conference) biasanya bernuansa pengenalan (awareness aspect), saling mengerti dan menghormati (mutual understanding and appreciation aspect) dan meluruskan suatu berita negatif (make something to clear and objective) antara jurnalis dengan nara sumber; (2). Wisata pers (press tour) adalah undangan pada jurnalis yang sudah dikenal baik oleh nara sumber ke suatu event atau peninjauan keluar kota. Bahkan ke luar negeri selama lebih dari satu hari untuk meliput kegiatan nara sumber. Biasanya berbentuk laporan langsung (on the spot news); (3). Resepsi pers (press reception) dan jamuan pers (press gathering) adalah undangan resepsi baik formal maupun informal pada jurnalis seperti ulang tahun, pernikahan dan acara keagamaan yang disisipi pemberian keterangan oleh pihak nara sumber; (4). Taklimat pers (press briefing) adalah jumpa pers resmi yang diselenggarakan secara periodik setiap awal atau akhir bulan atau tahun. Mirip semacam diskusi dengan memberi masukan bagi kedua belah pihak antara jurnalis dan nara sumber untuk menghindari kesalahpahaman. Ketiga, kontak pers tidak resmi (informal press contact): (1). Keterangan press (press statement) dilakukan oleh nara sumber tanpa ada undangan resmi. Bahkan cukup via telepon dengan sisi negatif menimbulkan polemik bila tidak berhati-hati; (2). Wawancara pers (press interview) adalah wawancara dengan nara sumber melalui perjanjian atau konfirmasi dulu; (3). Jamuan pers (press gathering) berbeda dengan yang resmi, sifatnya hanya sekedar menjaga hubungan baik bagi kedua belah pihak antara jurnalis dan nara sumber di luar tugas fungsionalnya.
C. Perbedaan Fakta dengan Opini
Dalam konteks jurnalisme dibedakan secara tegas antara fakta (fact) dengan opini (opinion). Dunia jurnalistik mengenal tiga jenis fakta sebagai berikut: Pertama, fakta pertama: jurnalis berada di tempat kejadian dan melihat dengan mata kepalanya sendiri peristiwa yang akan diliput dan diberitakannya. Kedua, fakta kedua: jurnalis berada di tempat kejadian dan melihat dengan mata kepalanya sendiri peristiwa yang akan diliput dan diberitakannya, tetapi tidak utuh. Untuk itu dilengkapinya dengan meminta keterangan pihak lain yang menyaksikannya. Ketiga, fakta ketiga: jurnalis tidak berada di tempat kejadian dan meminta keterangan pihak lain yang juga tidak berada di tempat kejadian, tetapi dianggap punya keahlian berkaitan dengan peristiwa yang akan diliput dan diberitakannya.
Sementara opini diartikan sebagai penilaian moral jurnalis atau orang lain terhadap suatu peristiwa. Masalahnya, dalam kinerja jurnalistik sangat mustahil meniadakan sama sekali opini ini. Artinya, ketika redaktur menyeleksi hasil reportase sampai proses editing maka sesungguhnya ia telah beropini dalam kerjanya. Begitu juga ketika seorang jurnalis memilih informasi yang akan dijadikan berita yang pantas dimuat atau membuang sebagian atau keseluruhan maka ia juga telah beropini.
Bentuk produk jurnalistik opini di media cetak antara lain sebagai berikut: Pertama, tajuk rencana: pendapat atau sikap resmi suatu media cetak sebagai institusi pers terhadap suatu peristiwa yang berkembang dalam masyarakat. Biasanya ditulis oleh pemimpin redaksi atau jurnalis seniornya. Karakternya untuk surat kabar atau majalah papan atas: hati-hati, konservatif, menghindari kritik langsung dalam ulasannya. Sebaliknya untuk surat kabar atau majalah populer: berani, atraktif, progresif dan kritik langsung yang lebih bernuansa sosial dengan pertimbangan politis. Kedua, karikatur: opini redaksi berupa gambar yang sarat dengan kritik sosial dengan memasukkan unsur humor. Sehingga membuat siapa pun yang melihatnya tersenyum. Termasuk tokoh yang dikarikaturkan itu sendiri. Ketiga, pojok: pernyataan nara sumber atau peristiwa tertentu yang dianggap menarik untuk dikomentari oleh redaksi dengan kata atau kalimat yang mengusik, menggelitik, reflektif dan sinis. Keempat, esai: karangan prosa yang membahas secara sepintas lalu dari perspektif pribadi penulisnya tentang seni, sastra dan budaya. Kelima, artikel: termasuk news by line yaitu tulisan lepas seseorang yang mengupas tuntas suatu masalah yang bisa mempengaruhi pembaca. Keenam, kolom: opini singkat dengan tekanan pada aspek pengamatan. Serta pemaknaan terhadap suatu persoalan atau keadaan tertentu dalam masyarakat. Panjang tulisan biasanya setengah panjang esai atau artikel. Ketujuh, surat pembaca: opini singkat yang ditulis pembaca yang dimuat dalam rubrik khusus Surat Pembaca.
Pendapat lain mengatakan bahwa opini di luar opini jurnalis yang bersangkutan termasuk fakta juga. Inilah yang akhirnya menimbulkan berbagai aliran dalam jurnalisme.
D. Aliran Jurnalisme
Pertama, jurnalisme obyektif: membedakan dengan tegas antara fakta dengan opini. Kedua, jurnalisme baru: kombinasi sastra berupa opini jurnalis dengan teknik jurnalistik. Misalnya, jurnalisme gaya Majalah TEMPO ketika dipimpin oleh Goenawan Mohammad. Ketiga, jurnalisme investigatif: penyelidikan mendalam dalam pemberitaan. Sebagai ilustrasi terbongkarnya kasus Watergate oleh dua orang jurnalis Washington Post: Bob Woodward dan Carl Bernstein tahun 1972 yang melibatkan Presiden AS Richard Nixon yang akhirnya jatuh dari kursi kekuasaan. Ini menghasilkan penghargaan atas karya jurnalistik tertinggi di AS Pulitzer bagi kedua jurnalis tersebut. Di Indonesia hal yang nyaris sama pernah dilakukan pula oleh jurnalis senior Mochtar Lubis (alm) dengan surat kabar Indonesia Raya yang dipimpinnya. Ia membongkar kasus korupsi Pertamina yang melibatkan Jenderal Ibnu Sutowo (alm). Bedanya, bukannya mendapat penghargaan atas karya jurnalistik Adi Negoro malah sebaliknya surat kabar Indonesia Raya dibreidel oleh penguasa Orde Baru Jenderal Soeharto (alm) (Gaines, 2007). Keempat, jurnalisme evaluasi: gabungan jurnalisme obyektif (primary of fact), jurnalisme baru (reporter subjectivity) dan jurnalisme investigatif (investivigative reporting). Kelima, jurnalisme presisi: meramu fakta, interpretasi, analisis dan opini jurnalis yang bersangkutan.
Di samping itu ada lagi versi lain tentang aliran jurnalisme ini. Pertama, jurnalisme bermakna: ditujukan pada kelas menengah atas dalam konteks intelektual. Kedua, jurnalisme patriotis: dianut oleh para jurnalis sekaligus pejuang pada revolusi kemerdekaan. Ketiga, jurnalisme pembangunan: khas Orde Baru pimpinan Soeharto (alm) yang membuat tafsir tunggal atas Pers Pancasila sebagai pers yang bebas dan bertanggung jawab sebagai mitra pemerintah. Bukan jadi oposan yang mengkritik program pembangunan pemerintah yang menyingkirkan masyarakat dari ruang publik, politik dan birokrasi. Keempat, jurnalisme selera rendah: ini yang dianut tabloid MONITOR yang dipimpin oleh Arswendo Atmowiloto dengan konsep jurnalisme lher dengan mengekploitasi seks. Kelima, jurnalisme plintiran: dipopulerkan oleh bekas Presiden Abdurrahman Wahid (baca: Gus Dur) yang selalu menuduh jurnalis memutarbalikkan fakta dengan opini. Keenam, jurnalisme talang air: semua dimuat tanpa proses editing.
IV. Mengenal Institusi dan Manajemen Media Cetak
Kata manajemen berasal dari management (Inggris) yang diadobsi dari kata manaj (iare) (Italia) yang bermuara pada mamis (Latin) dengan makna tangan. Jadi manajemen dalam arti asalnya adalah memimpin, membimbing atau mengatur (Djuroto, 2000). Secara sederhana manajemen dimaknai sebagai getting result through the work of others. Sementara definisi yang sedikit lebih lengkap dengan mengutip pandangan pakar manajemen Hendry Fayol: “management is the direction of enterprise throught the planning, coordinating and controlling of its human materials resources toward the attainment of pre determined objectives”.
Dengan kata lain manajemen mengandung dua pengertian: Pertama, POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling). Kedua, 6 M (Men, Materials, Machine, Methods, Money, Market) (Soehoet,2002).
Manajemen merupakan konsekuensi logis dari kepercayaan (responsibility) dan kenyataan (reality) yang harus dibuktikan melalui struktur organisasi media cetak yang bersifat formal dan kecakapan yang bersifat fungsional (authority). Diantaranya bidang: redaksi, iklan, pemasaran dll.
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan diantaranya: peluang usaha, kemampuan SDM, kapital, SWOT dengan kompetitor, keinginan pembaca, perubahan sosial berupa teknologi, ekonomi, politik, budaya dll. Langkah yang perlu dilakukan antara lain: perhatian terhadap lingkungan eksternal, menjual ruang untuk iklan, efesiensi di semua unit usaha, suntikan modal dll. Semua pendapatan diperoleh dari penjualan produk media cetak (eceran, langganan, barter dll), penjualan kolom (iklan baris, duka cita dll) dan penjualan jasa kegiatan off print seperti seminar, pameran dll untuk membentuk image posistif (Djuroto, 2000).
A. Manajemen Media Cetak
Dengan mengutip pakar komunikasi Kanada Marshall McLuhan yang mengatakan the press is the extention of man, Jakob Oetama mengatakan pers merupakan perpanjangan alat untuk memenuhi kebutuhan manusia terhadap informasi, hiburan, pendidikan dan keingintahuan mengenai peristiwa yang terjadi di sekitarnya (Oetama, 1987). Inilah yang dimanifestasikannya dalam surat kabar KOMPAS yang didirikannya bersama dengan PK Ojong (alm) tanggal 28 Juni 1965 dengan struktur yang kurang lebih sebagai berikut: Pertama, owner: pemilik perusahaan yang menerima laporan pertanggungjawaban dari top manager. Terkadang owner identik dengan top manajer. Kedua, top manager: pengambil kebijakan internal dan eksternal. Serta pengendali perusahaan baik redaksional maupun usaha. Juga menerima laporan pemimpin redaksi dan pemimpin perusahaan. Ketiga, pemimpin umum: orang pertama dalam perusahaan yang bertanggung jawab atas maju mundurnya institusi pers yang dipimpinnya. Serta menjadi penentu kebijakan, arah perkembangan laba rugi perusahaan. Termasuk berhak mengangkat atau memecat bawahannya. Terkadang pemimpin umum adalah top manager sekaligus owner. Keempat, wakil pemimpin umum: menjalankan tugas-tugas pemimpin umum atau menggantikannya dalam operasionalisasi harian. Kelima, bidang redaksi: pemimpin redaksi, wakil pemimpin redaksi, sekretaris redaksi, redaktur pelaksana, redaktur dan reporter bertanggung jawab terhadap semua isi penerbitan pers. Ini meliputi penyajian berita, peliputan fokus pemberitaan, topik, pemilihan headline dll. Keenam, bidang cetak: ditangani oleh operator cetak dan pengepakan hasil penerbitan sehingga sampai ke tangan pembaca. Ketujuh, bidang usaha: menerima laporan para manajer demi kepentingan perusahaan baik produksi dan distrubusi.
B. Zona Pasar Media Cetak
Pertama, CZ (City Zone): batas wilayah media cetak itu berada. Kedua, PMA (Primary Market Area): area utama tempat media cetak itu menyajikan berita dan pelayanan iklannya. Ketiga, RTZ (Retail Trading Zone): wilayah di luar CZ tempat media cetak itu diperjualbelikan. Keempat, NDM (Newspaper Designated Market): area geografis yang dianggap media cetak itu sebagai pasarnya.
C. Format Media Cetak
1. Broadsheet: ukuran surat kabar umum. Misalnya, KOMPAS, Media Indonesia, Republika dll.
2. Tabloid: ukuran setengah broadsheet. Format ini diperkenalkan untuk dikonsumsi oleh pembaca di kalangan masyarakat urban yang sibuk dalam transportasi umum seperti bus, kereta api dll. Misalnya, KORAN TEMPO dll.
3. Magazine: ukuran setengah tabloid atau seperempat broadsheet. Halamannya diikat dengan kawat, sampul lebih tebal dan mengkilap daripada halamannya. Misalnya, Majalah TEMPO dll.
4. Book: ukuran setengah magazine atau seperempat tabloid atau seperdelapan broadsheet. Misalnya, Majalah INTISARI dll.
D. Struktur Organisasi Media Cetak
Pertama, redaksi yang terdiri dari pemimpin redaksi; wakil pemimpin redaksi; sekretaris redaksi; dewan redaksi; redaktur pelaksana; redaktur; koresponden (reporter di luar kota atau di luar negeri). Kedua, tata usaha yang terdiri dari administrasi internal yang mengurusi manajemen internal, kepegawaian, penggajian dll; administrasi eksternal yang mengurusi pemasaran, sirkulasi, iklan, langganan dll. Ketiga, produksi yang terdiri dari percetakan sendiri atau percetakan lain.
E. Proses Media Cetak
Pertama, kebijakan redaksi yang tergantung pada ideologi atau politik media cetak. Misal, KOMPAS (Katolik), Suara Pembaruan (Kristen), Republika (Islam), Suara Karya (Parpol) dll. Kedua, frekuensi terbit: harian; mingguan, dwi mingguan; bulanan. Ketiga, tenggat terbit: jam (harian); hari tertentu (mingguan); minggu tertentu (bulanan). Ini perlu diketahui dan diperhatikan oleh pemasang iklan. Keempat, cetak: off set modern sampai dengan cetak digital jarak jauh. Kelima, sirkulasi: lokal; nasional; regional; internasional. Keenam, pembaca: jenis kelamin, usia, pendidikan, penghasilan, profesi, hobby, suku, agama dan ras/etnik. Ketujuh, metode distribusi: bagaimana media cetak itu didistribusikan. Misalnya, eceran, loper, agen, toko dll.
Bibliografi

Marketing PR& MICE

Marketing PR& MICE
Praktik Public Relations pada prinsipnya adalah merupakan suatu kegiatan yang terencana dan suatu usaha yang terus menerus untuk dapat memantapkan dan mengembangkan itikad baik (goodwill) dan pengertian yang timbal balik (mutual understanding) antara suatu organisasi dengan masyarakat. Pada era globalisasi ini peran Marketing Public Relations menjadi semakin penting karena itikad baik (good will) menjadi suatu bagian dari profesionalisme yang pasti akan terbentuk karena pembentukan simpati konsumen secara efektif dan efisien sudah merupakan keharusan dimana tingkat kompleksitas dan pemuasan kebutuhan nasabah sudah mencapai tingkat yang canggih dalam kegiatan pengemasannya. (Saka Abadi, 1994:p.45)
Marketing Public Relations (MPR) penekannanya bukan pada selling (seperti kegiatan periklanan), naman pada pemeberian informasi, pendidikan dan upaya peningkatan pengertian lewat penambahan pengetahuan mengenai suatu merek produkJasa, perusahaan akan lebih kuat dampaknya dan agar lebih lama diingat oleh nasabah. Dengan tingkat komunikasi yang lebih intensif dan komprehensif bila dibandingkan dengan iklan, maka MPR merupakan suatu konsep yang lebih tinggi dari iklan yang biasa. MPR memberi penakanan pada aspek manajemen dari pemasaran dengan memperlihatkan kesejahteraan nasabah (Saka Abadi, 1994:p.46)
Menurut Thomas L. Harris, pencetus pertama konsep Marketing Public Relations dalam bukunya berjudul The Marketer’s Guide to Public Relations dengan konsepsinya sebagai berikut : “Marketing Public Relations is the process of planning and evaluating programs, that encourage purchase and customer through credible communication of information and impression that identify companies and their products with the needs, concern of customer”.
Marketing Public Relations (MPR) merupakan proses perencanaan dan pengevaluasian program-program yang merangsang pembelian dan kepuasan konsumen melalui komunikasi mengenai informasi yang dapat dipercaya dan melalui kesan-kesan yang menghubungkan perusahaan dan produknya sesuai dengan kebutuhan, keinginan, perhatian dan kepentingan para konsumen. (Ruslan,2002:p.253)
Marketing Public Relations sebagai suatu proses perencanaan, pelakasanaan dan pengevaluasian program-program yang memungkinkan terjadinya pembelian dan pemuasan konsumen melalui komunikasi yang baik mengenai informasi dari perusahaan terhadap citra merek (Brand Image) terhadap suatu produk tertentu. (Saka abadi,1994:p.46).
Definisi menurut Philip kotler mengatakan bahwa : ” Marketing Public Relations works because works it adds value to product through it’s unique ability to lend credibility to product message”
Marketing Public Relations diciptakan untuk menambah atau memberikan nilai bagi produk melalui kemampuan yang unik untuk menunjukkan kredibilitas pesan produk (Ruslan, 2002, p.254).

Peran Marketing Public Relations
Peranan Marketing Public Relations dalam upaya mencapai tujuan utama organisasi menurut Rosady Ruslan :
1. Menumbuhkembangkan kesadaran konsumennya terhadap produk yang tengah diluncurkan itu.
2. Membangun kepercayaan konsumen terhadap citra perusahaan atau manfaat (benefit) atas produk yang ditawarkan / digunakan
3. Mendorong antusiasme (sales force) melalui suatu artikel sponsor (advertorial) tentang kegunaan dan manfaat suatu produk.
4. Menekan biaya promosi iklan komersial, baik di media elektronik maupun media cetak dan sebagainya demi tercapainya efisiensi biaya.
5. Komitmen untuk meningkatkan pelayanan-pelayanan kepada konsumen, termasuk upaya mengatasi keluhan-keluhan (complain handling) dan lain sebagainya demi tercapainya kepuasan pihak pelanggannya.
6. Membantu mengkampanyekan peluncuran produk-produk baru dan sekaligus merencanakan perubahan posisi produk yang lama.
7. Mengkomunikasikan terus menerus melalui media Public Relations (House PR Journal) tentang aktivitas dan program kerja yang berkaitan dengan kepedulian sosial dan lingkungan hidup agar tercapainya publikasi yang positif di mata masyarakat / publik.
8. Membina dan mempertahankan citra perusahaan atau produk barang dan jasa, baik dari segi kuantitas maupun kualitas pelayanan yang diberikan kepada konsumennya.
9. Berupaya secara proaktif dalam menghadapi suatu kejadian negatif yang mungkin akan muncul di masa mendatang . (Ruslan, 2002: p.262).

Marketing Public Relations (MPR) sebagai suatu proses perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian program-program yang memungkinkan terjadinya pembelian dan pemuasan konsumen (nasabah) melalui komunikasi yang baik mengenai impresi dari perusahaan dan produk-produknya sesuai dengan kebutuhan, keinginan, perhatian dan kesan dari konsumen. Keberadaan MPR di perusahaan dianggap efektif, halini dikarenakan :
1. MPR dianggap mampu dalam membangun brand awareness ( kesadaran akan merek) dan brand knowledge (pengetahuan akan merek).
2. MPR dianggap potensial untuk membangun efektivitas pada area ”increasing category usage” dan “icreasing brand sales”.
3. Dengan adanya MPR dalam beberapa hal dianggap lebih hemat biaya bila dibandingkan dengan perusahaan memasukkan produknya melalui iklan. Lebih cost-effective dari biaya media yang semakin meningkat.

Tujuh cara yang penting untuk menjadi tolak ukur dalam kegiatan Marketing Public Relations menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (Kotler and Keller, 2006 :p.553)
1. Publications (Publikasi)
Companies rely extensively on published materials to reach and influence their target markets. These include annual reports, brochures, articles, company newsletter and magazines, and audiovisual materials.
Perusahaan mempercayakan perluasan produk berdasarkan dari publikasi materi untuk mempengaruhi dan menarik pembeli yang dituju. Yang termasuk di dalamnya membuat laporan tahunan, brosur, artikel, koran perusahaan, majalah dan materi audiovisual.
2. Identity Media
Companies need a visual identity that the public immediately recognizes. The visual identity is carried by company logos, stationery, brochures, sign, business forms, business cards, buildings, uniforms, and dress code.
Perusahaan perlu membuat identitas yang bisa dikenal oleh masayarakat dengan mudah. Misalnya: logo perusahaan, alat-alat tulis, brosur, tanda, formulir perusahaan, kartu nama, bangunan, seragam dan peraturan pakaian.
3. Events
Companies can draw attention to new products or other company activities by arranging special events like news conferences, seminars, outings, trade show, exhibits, contests and competitions, and anniversaries that will reach the target publics.
Perusahaan bisa menarik perhatian mengenai produk baru ataupun kegiatan perusahaan dengan cara mengadakan acara khusus seperti wawancara, seminar, pameran, kompetisi, kontes dan ulang tahun dari barang itu supaya dapat menjangkau masyarakat luas.
4. News (Berita)
One of the major tasks of PR professionals is to find or create favorable news about the company, its products, and its people, and to get the media to accept press releases and attend press conferences.
Salah satu dari tugas utamanya Public Relations adalah untuk membuat ataupun menemukan acara yang sesuai dengan perusahaan, produknya, orang-orangnya atau pegawainya, dan membuat media tertarik untuk memuat berita press release dan hadir dalam press conference (konferensi pers).
5. Speeches (Pidato)
Increasingly, company executives must field questions from the media or give talks at trade associations or sales meetings, and these appearances can build the company’s image.
Semakin tinggi kebutuhan perusahaan untuk dapat menjawab setiap keperluan masyarakat dengan menjawab pertanyaan dari media atau memberikan pengarahan di asosiasi penjualan dan di meeting yang bertujuan untuk membicarakan soal penjualan dapat membangun citra perusahaan.
6. Public-Service Activities (Berperan serta dalam aktivitas sosial)
Companies can build goodwill by contributing money and time to good causes.
Perusahaan bisa membangun image yang positif dengan cara menyumbang uang atau waktu dalam hal-hal yang positif.
7. Sponsorship (pensponsoran)
Companies can promote their brands and corporate name by sponsoring sports and cultural events and highly regarded causes.
Perusahaan bisa memasarkan barang mereka dengan mensponsori acara olah raga atau acara kebudayaan yang bermanfaat bagi kelangsungan perusahaannya